Ada banyak teori yang berkembang di dalam geologi. Teori ini muncul untuk menjawab semua rasa keingin tahuan manusia dan rasa ketidak puasan manusia terhadap teori yang ada.
Teori ini berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Bumi, te,pat kita hidup sekarang mempunyai banyak misteri. Untuk membuka sedikit misteri ini maka para ahli geologi dengan kolaborasi teknologi mengembangkan berbagai macam teori.
Teori tersebut seperti yang dijelaskan berikut.
Teori Geosinklin
Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.
Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin.
Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.
Teori Continental Drift
Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep Pengapungan Benua (Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa utamanya adalah satu “super continent” yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa harus terjadi serta, pemahaman para ilmuwan bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertical. Bagaimana mungkin gaya vertical ini bisa menyebabkan benua yang besar tersebut pecah. Pada masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan. Wegener mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis pantai, persamaaan fosil, struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia. Karena Wagener tidak mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertical.
Teori Sea Floor Spreading
Teori pergerakan lempeng yang dinyatakan Wegener telah dilupakan orang. Namun pada tahun 1929 pakar geologi Inggris, Arthur Holmes melontarkan teori mengenai gaya konveksi inti bumi, yang mampu menerangkan mekanisme gerakan lempeng tektonik dari Wegener.
Menurut Holmes pergerakan (1931,1944) lempeng-lempeng benua akibat dari:
Ø Arus koveksi di dalam mantel bumi. Dan benua dianggap sebagai bongkah-bongkah pasif yang menumpang di atas arus konveksi tersebut dan bergerak secara bebas.
Ø Pungung tengah samudra (Mid Ocenic Ridge) merupakan tempat naiknya arus konveksi dari mantel ke permukaan. Palung samudra (Trench) merupakan tempat arus konveksi masuk kedalam mantel.
Daya penggerak utama yang bekerja dalam mekanisme pergerakan lempeng ialah :
1. Slab - pull
2. Push ridge
c. Basal drag
Pembuktian teori Wegener dilakukan pada tahun 1960, oleh pakar geologi AS Harry Hess. Ketika itu, Hess melakukan penelitian terhadap rangkaian gunung api di bawah Samudra Atlantik yang dijuluki “mid ocean ridge“ atau lazim dikenal sebaai zona pemekaran dasar samudra, yang ditemukan tahun 1953. Pada tahun 1960, Hess mempublikasikan hasil penelitiannya yang berisi hipotesa bahwa dasar samudera terus mengembang akibat aktivitas magmatis dari inti bumi dengan kecepatan luncuran 1,5-10 cm per tahun atau kira-kira 100 km per 10 juta tahun.
Teori tektonik lempeng
Pada tahun 1960-an terkumpul berbagai macam data yang memperlihatkan bahwa benua itu berpindah. Sejak itu berkembanglah teori tektonik lempeng.
Tektonik lempeng menjelaskan hubungan antara deformasi lapisan luar bumi skala besar dengan pergerakan lempeng/plates diatas selubung yang plastis Lithosfer dan dan astenosfer. Teori ini berprinsip bahwa gaya utama yang bekerja pada bumi adalah gaya lateral sedangkan gaya vertical juga ikut bekerja namun bukan gaya utamanya.
Kerak dan selubung bumi bagian atas bersifat padat dan disebut lithosfer. Ketebalan lithosfer tidak sama di seluruh bagian permukaan bumi. Lapisan dibawah lithosfer adalah astenosfer yang lapisannya bersifat lentur, tidak kaku atau plastis. Plastisitas bagian atas lapisan ini disebabkan sifatnya yang hampir lebur. Litosfer bergerak dan mengapung di atas astenosfer.
Litosfer terdiri dari lempeng samudera dan lempeng benua. Akibat dari pergerakan lempeng-lempeng inilah mengakibatkan terjadinya peristiwa tumbukan (konvergen), pemisahan (divergen) dan gesekan (strike-slip/ transform) antar lempeng.
Teori Fixisme
Di penghujung abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, seorang ilmuwan ilmu alam berkebangsaan Prancis yang bernama Cuvier melontarkan sebuah teori tentang penciptaan makhluk hidup. Ia berkeyakinan bahwa makhluk hidup muncul selama masa yang beraneka ragam dalam tataran geologi. Lantaran revolusi-revolusi besar dan tiba-tiba yang pernah terjadi di permukaan bumi, seluruh makhluk hidup itu musnah. Setelah itu, Tuhan menciptakan kelompok binatang baru dalam bentuk yang lebih sempurna. Periode-periode makhluk selanjutnya juga muncul dengan cara yang serupa. Teori ini dalam ilmu Geologi dikenal dengan nama Catastrophisme; yaitu revolusi besar di permukaan bumi. Ia mengingkari seluruh jenis hubungan kefamilian antara makhluk hidup pada masa kini dan makhluk-makhluk yang pernah hidup sebelumnya. Ia meyakini teori Fixisme.
Ketika menjelaskan realita ini, Dampyer menulis, “Teori pertama yang sangat mengena dan begitu logis adalah teori Lamarck (1744 – 1829 M.). Ia menekankan bahwa faktor evolusi (makhluk hidup) adalah perubahan-perubahan menumpuk (accumulated transformations) yang disebabkan oleh faktor lingkungan hidup dan dimiliki oleh setiap makhluk hidup dengan cara warisan. Menurut Buffon, pengaruh perubahan lingkungan hidup terhadap komposisi seseorang sangat minimal. Tetapi Lamarck berkeyakinan bahwa jika perubahan-perubahan yang diperlukan dalam tindakan bersifat permanen, maka seluruh perubahan itu akan mengubah seluruh anggota tubuh yang telah kuno, atau jika tubuh membutuhkan sebuah anggota baru, maka perubahan itu akan menciptakannya.
Pada intinya, teori ini menjelaskan bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya lateral.
Teori undasi
Terlipat dan mengalami gliding
Teori undasi dikemukakan oleh Van Bemmelen, teori ini menjelaskan terjadinya pelengseran batuan (gliding tectonics)